Awal Mei 2013 kemarin, saya mengikuti perlombaan mahasiswa berprestasi yang diselenggarakan oleh Kopertis IV. Terdapat 34 mahasiswa terpilih yang mengikuti tes karya ilmiah, kepribadian, ekstrakurikuler, dan Bahasa Inggris. Judul karya ilmiah saya adalah "Pemukiman Terintegrasi di Kota Bandung"
Sayangnya saya tidak lolos. 3 mahasiswa terbaik yang lolos ke tingkat nasional adalah mahasiswa yangberasal dari UNPAR, UNISBA, dan STBA.
Jumat, 31 Mei 2013
Mahasiswa Berprestasi
Pengalaman Debat
Tahun 2012 lalu, saya pernah mengikuti lomba debat baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Malam ini, saya iseng-iseng melihat kembali foto-foto tentang pengalaman tersebut salah satunya lomba debat marketing di Perbanas dan lomba debat Bahasa Inggris NUEDC.
Grammar Class : Listening Skill
Ini adalah kegiatan kelas grammar yang dibimbing oleh saya. Kita sedang mengasah kemampuan kita dalam memecahkan soal-soal listening di dalam tes TOEFL Walaupun cuma ada dua murid tapi show must go on. Sharing itu menyenangkan loooohhhh
Rabu, 29 Mei 2013
Beat The Giant II - Smart Flanker
Di
artikel sebelumnya saya telah me-review model 4 generic strategies to beat the giant. Nah di artikel kali ini saya
akan me-review lebih dalam mengenai smart
flanker pada buku “Beat The Giant”
karangan Mas Yuswohady.
Seperti
yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya bahwa perusahaan-perusahaan yang berada
di posisi smart flanker adalah
perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki high local advantage dan juga tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk
disebut global best practice. Nah
akan tetapi perusahaan-perusahaan yang berada di posisi smart flanker memilki sifat-sifat berikut ini yang dapat dijadikan
sebagai keunggulan bersaing:
1. Speed
Salah satu keunggulan
perusahaa-perusahaan yang berada di posisi smart
flanker adalah kecepatan. Kecepatan yang dimaksud adalah kecepatan dalam
mengambil keputusan dan adapatasi terhadap perubahan lingkungan.
Perusahaan-perusahaan ini umumnya masih kecil, bersifat tradisional, dan belum rigid
sehingga memungkinkan perusahaan untuk merespons setiap perubahan lingkungan
bisnis, meluncurkan produk baru, dan merespon gerak pesaing.
2. Flexibility
Dengan skala yang masih relative,
perusahaan-perusahaan di posisi smart
flanker pada umumnya sangat fleksibel dan memiliki capacity to change yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan
besar. Hal ini memungkinkan perusahaan-perusahaan smart flanker sangat opportunity driven sehingga dapat mengubah
atau menambah lini bisnis mereka sesuai dengan kesempatan yang ada.
3. Nothing
to lose, no legacy
Umumnya perusahaan smart flanker belum memiliki warisan
kesuksesan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar. Hal ini memungkinkan
perusahaan smart flanker tidak
terpaku pada warisan kesuksesan dan dapat memaksimalkan kreatifitas yang mereka
miliki.
4. Offensive
position
Perusahaan besar cenderung akan lebih
focus untuk menghadapai pemain yang dominan. Karena itu lah perusahaan smart flanker memiliki keuntungan karena
perusahaan besar akan lebih focus terhadap pemain lain. Apabila pemain dominan
lebih bersifat defensive makan pemain smart
flanker bersifat offensive. Hal ini membuat pemain smart flanker dapat melihat tititik-titik lemah mana dari pemain
dominan yang akan diserang.
Sebelum
kita ke strategi bagaimana pemain smart
flanker untuk dapat bersaing dengan perusahaan besar, maka sebaiknya kita
mempelajari terlebih dahulu prinsip-prinsip apa saja yang harus diperhatikan
oleh pemain smart flanker yaitu
berikut ini:
1.
Avoid confrontations
Pemain-pemain smart flanker harus menghindari berhadapan secara langsung dengan perusahaan-perusahaan
besar karena pemain smart flanker
tidak memilki kapasitas untuk bersaing secara langsung dengan perusahaan besar
sebaliknya perusahaan besar akan dengan mudah menghancurkan pemain smart flanker. Pada umumnya pemain smart flanker akan memilih untuk
menyingkir dan menyasar pasar yang sepi dari konfrontasi langsung dengan target
pesaing.
2. Move quickly and quietly
Pemain-pemain smart flanker harus bergerak cepat dan tidak terendus oleh
perusahaan besar. Hal ini dilakukan agar pemain smart flanker dapat men-develop
perusahaannya dan akhirnya dapat menyerang pemain besar dengan serangan yang
mendadak dan mematikan sehingga perusahaan besar tidak memiliki cukup waktu
untuk mempersiapkan diri.
3. Don’t be threatening
Pemain-pemain smart flanker harus bergerak selembut mungkin dengan tidak membuat
aksi yang dapat mengancam pemain besar. Pemain smart flanker harus membuat perusahaan besar tetap nyaman di comfort zone mereka sembari menyiapkan
segala hal untuk menyerang balik mereka.
Setelah
mengetahui keunggulan-keunggulan dan prinsip smart flanker, barulah kita berbicara mengenai strategi smart flanker untuk mengalahkan
perusahaan besar. Rute strategis yang dapat di ambil oleh perusahaan smart flanker adalah sebagai berikut:
1.
Flank and create your own pond
Nah, walaupun tidak memiliki high local advantage dan kapasitas global best practice, strategi
perusahaan-perusahaan smart flanker
tidak boleh bertahan alias harus menyerang. Menyerang bukan secara head on
tetapi dengan flanking yaitu dengan cara menyasar pasar yang tidak dilihat oleh
pemain besar. Berikut adalah pola-pola yang umum digunakan dalam menjalankan
strategi flanking:
a.
Creating a deadly value package
Disini pemain smart flanker harus menciptakan blue
ocean market dengan menciptakan inovasi nilai. Pemain smart flanker harus pintar untuk membuat nilai-nilai mereka yang
dijadikan fondasi perusahaan. Contohnya adalah D’cost dengan “mutu bintang
lima, harga kaki lima” . Seafood dianggap sebagai kuliner mewah sehingga D’cost
memutuskan untuk membuat seafood dengan harga murah tetapi dengan kualitas
restoran berbintang. Hal ini menciptakan blue ocean market karena belum ada
restoran yang menghidangkan seafood dengan harga yang murah. D’cost juga
menciptakan nilai dimana sekarang masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang
banyak untuk seafood.
b.
Focused on uncontested arena
Perusahaan smart flanker lebih baik focus di pasar yang tidak disasar oleh
pemain besar. Hal ini agar pemain smart
flanker tersebut dapat menghindari konfrontasi langsung dengan pemain
besar. Contohnya adalah traktor Quick. Traktor Quick fokus pada pengembangan
simple hand tractor di daerah-daerah. Bermula di Yogyakarta yang kemudian
secara agresif mulai menyerbu daerah-daerah pertanian lainnya.
c.
Flanking through innovation
Salah satu keunggulan pemain smart flanker adalah kecepatan dan
flekesbilitas yang mereka miliki. Hal ini membuat mereka cepat dalam merespon
pasar dan juga mudah beradaptasi. Dengan begitu mereka dapat menciptakan
kreatifitas dan berinovasi untuk mengambil ceruk pasar yang tidak diperhatikan
oleh pemain besar. Hl tersebut dibuktikan oleh Kino yang menciptakan permen
kopi Kino yang mengambil pasar permen lunak rasa kopi dan menciptakan ovale
yaitu pembersih two in one dimana face cleansing cream dan face toner dijadikan satu.
d.
Guerilla strategy
Benar bahwa pemain smart flanker tidak boleh konfrontasi
secara langsung. Dalam strategi ini, pemain flanker menyingkir ke daerah yang
bukan menjadi focus pemain besar sembari menyiapkan kapasitas untuk menyerang
balik. Hal ini yang dilakukan oleh MAK (produsen hospital equipment) pada tahun
2000. Sadar karena pada saat itu kalah dari perusahaan Jepang Paramount di
Jakarta, MAK beralih ke rumah sakit yang berada di daerah-daerah sembari
mengembangkan diri agar memiliki kapasitas yang cukup untuk berkonfrontasi
secara langsung dengan pemain besar. Kini MAK siap menyerang balik Paramount
dengan teknologi yang mereka miliki.
e.
Uncommon practices
Gaya khas yang dimiliki oleh smart flanker adalah menjalankanbisnis
dengan ide-ide yang nyeleneh, sangat nyeleneh yang bahkan tidak terpikirkan
oleh pemain besar. Hal ini dilakukan oleh Ranch Market yaitu supermarket yang
menyasar masyarakat kelas atas dengan menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang
dibutuhkan oleh konsumen kelas atas. Hal yang tidak dapat dilakukan oleh
supermarket lainnya yang menjual produk-produk yang banyak dibutuhkan oleh
semua kalangan masyarakat.
2. Chase global frontier
Setelah strategi flanking berhasil
maka langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan kapasitas mereka hingga
menjadi global best practice karena perusahaan-perusahaan
smart flanker tidak memiliki local advantage. Cara yang dapat
ditempuh oleh pemain smart flanker
adalah sebagai berikut:
a.
Organic strategy: build your own resources
Salah satu cara untuk dapat bersaing
dengan pemain besar dan memiliki global
best practice adalah dengan menumbuh-kembangkan sumber daya yang ada.
Inovasi pada manajemen, teknologi, dan SDM menjadi kuncinya karena kebanyakan
perusahaan global yang besar enggan diajak bekerjasama terkecuali pemain smart flanker ini memiliki kekuatan
ampuh dan ekspertis yang unik. Contohnya seperti D’cost yang melayani
konsumennya dengan menggunakan PDA (Personal
Data Assistance) sehingga dapat melayani konsumen secara real time, dapat
melihat menu yang tersedia dan stok yang tersedia, dan juga mengikis biaya
percetakan.
b.
Alliance strategy: collaborate with global
partner
Cara lain untuk menjadi global frontier
adalah dengan bekerjasama dengan perusahaan global. Memang pada fakanya jarang
perusahaan global yang ingin bekerjasama dengan perusahaan yang kecil tetapi
tidak menutup kemungkinan hal tersebut bias terjadi. Bekerjasama dengan
perusahaan globa memungkinkan perusahaan smart
flanker ini meniru cara perusahaan tersebut dalam berbisnis.
Minggu, 26 Mei 2013
SIBR 2013
Pada bulan Januari 2013, saya menghadiri acara seminar SIBR 2013 - Business Research di Kuala Lumpur Malaysia. Dalam seminar tersebut, saya mempresentasikan paper saya yang berjudul "The Influence of Capital Structure and Working Capital on Profitability in Telecommunication Industry 2007-2011"
Rasanya gugup karena saya pikir saya adalah satu-satunya mahasiswa yang mempresentasikan papernya. Tetapi ternyata ada juga beberapa mahasiswa dari ITB yang mempresentasikan paper mereka. Pengalaman yang sangat berharga bagi saya dapat merasakan mengikuti seminar internasional.
Rasanya gugup karena saya pikir saya adalah satu-satunya mahasiswa yang mempresentasikan papernya. Tetapi ternyata ada juga beberapa mahasiswa dari ITB yang mempresentasikan paper mereka. Pengalaman yang sangat berharga bagi saya dapat merasakan mengikuti seminar internasional.
Indonesia Brand Forum 2013
20 Mei 2013 saya menghadiri Indonesia Brand Forum 2013 yang diselenggarakan oleh Mas Yuswohady. Tema acara tersebut adalah "Kebangkitan Nasional Kedua. Kebanggaan Merek Indonesia". Acara tersebut dihadiri oleh petinggi-petinggi perusahaan asli Indonesia yang juga pada acara tersebut menceritakan strategi perusahaan mereka dalam menghadapi perusahaan global asing.
Acara tersebut sangat menarik karena memotivasi kita untuk terus bangga menjadi rakyat Indonesia dan terus mengembangkan merek-merek asli Indonesia. Jaya terus Indonesia!!
Acara tersebut sangat menarik karena memotivasi kita untuk terus bangga menjadi rakyat Indonesia dan terus mengembangkan merek-merek asli Indonesia. Jaya terus Indonesia!!
Beat The Giant I - The Model
Saat
menghadiri Indonesia Brand Forum 2013, saya membeli buku “Beat The Giant” karangan mas Yuswohady. Bukunya menarik dan
meng-inspirasi brand-brand asli Indonesia untuk terus maju sehingga bias
menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Well,
saya bermaksud untuk membuat summary tentang apa yang say abaca dari buku “Beat
The Giant” ini. Saya setuju banget sama pendapat mas Yuswohady bahwa
kreatifitas brand-brand asli Indonesia harus terus ditingkatkan agar dapat
bersaing dengan brand-brand asing. Brand-brand asli Indonesia tidak boleh terus
berpangku tangan dan menunggu dibantu oleh pemerintah. Misalkan, Pertamina yang
merengek ke DPR untuk memperbaharui peraturan investasi pom bensin yang
dilakukan oleh perusahaan minyak luar negeri. Pertamina merengek melakukan hal
tersebut karena usaha Pertamina untuk membuka SPBU di Malaysia terhambat oleh
peraturan di Negara tersebut tetapi sebaliknya Petronas dapat membuka cabang
SPBU di Indonesia tanpa menghadapi rintangan yang berarti.
Come
on!! Kita tidak dapat terus menyusu ke Pemerintah. Sifat manja itulah yang
membuat kreatifitas kita berhenti sehingga tidak dapat bersaing dengan
brand-brand asing. Ingat bahwa pada tahun 2015 kita akan bergabung dalam ASEAN
Community dimana akan terjadi peng-integrasian tiga pilar ASEAN yaitu ASEAN
Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural
Community. Selain ASEAN Community. Apabila
kita tidak mempersiapkan diri maka kita akan menunggu hari dimana kita akan
tergilas dengan kekuatan asing.
Dalam
buku “Beat The Giant” ini Mas
Yuswohady mengajarkan kita trik-trik untuk melawan brand-brand asing yang
memiliki banyak keunggulan dibanding dengan brand-brand asli Indonesia. Mas
Yuswohadi merumuskan 4 generic strategies
dengan 2FDE yaitu Flank Focus Dominate
and Expand.
Matriks
tersebut tersusun oleh dua parameter yaitu parameter yang mencerminkan tingkat
kepemilikan terhadap keunggulan local (sumbu vertical) dan parameter yang
mencerminkan kemampuan merek local dalam mencapai kapasitan untuk bersaing
dengan merek-merek asing (sumbu horizontal).
Perusahaan dengan local advantage dibagi
menjadi dua yaitu high local advantage
dan low local advantage. High local advantage adalah perusahaan
yang dapat memaksimalkan keunikan tradisi dan budaya local sebagai kekuatannya.
Contohnya adalah Martha Tilaar yang menggunakan buah-buah asli Indonesia
sebagai bahan dasar kosmetik mereka. Low
local advantage adalah perusahaan yang sulit memaksimalkan tradisi dan
budaya local sebagai kekuatannya. Contohnya adalah Polytron atau Maspion karena
by-default sulitmenggunakan keunikan local sebagai keunggulan.
Untuk
parameter kedua, kapasitas merek-merek Indonesia dibagi menjadi dua yaitu
merek-merek yang memiliki kapasitas global
best practices yaitu merek yang memiliki kapasitas tinggi di bagian modal,
SDM, manajemen, teknologi dan lain-lain, selain itu ada juga merek-merek yang
berada di posisi rendah masih minim modal, teknologi masih rendah, manajemen
yang tradisional.
Berdasarkan
matriks di atas, maka terdapat 4 posisi strategis yaitu smart flanker, local challenger, national champion, dan global chaser.
Smart flanker adalah perusahaan yang
tidak memiliki local advantage dan juga tidak memiliki kapasitas untuk
bertarung secara langsung dengan perusahaan asing. Nah untuk perusahaan yang
seperti ini lebih baik menyinkir atau juga disebut flanking dengan cara
menyasar niche market. Pemain seperti
Ranch Market dan D’Cost adalah perusahaan yang menyasar pasar yang tidak
dilihat oleh perusahaan merek global. Strategi generic pemain di posisi ini
adalah flank dan create your own pond.
Local challenger adalah merek local yang
memiliki keunikan local sebagai keunggulannya tetapi masih belum memiliki kapasitas
yang cukup dalam SDM, manajemen, teknologi, modal dll untuk bersaing dengan
perusahaan asing. Contoh perusahaan yang berada di posisi ini adalah Hotel
Santika yang menggunakan budaya local yang dijadikan konsep layanan. Strategi
untuk local challenger adalah focus on
your local uniqueness.
National champion adalah pemain local
yang memiliki local advantage dan
juga kapasitas seprti modal, manajemen, teknologi, SDM untuk bersaing dengan
perusahaan asing. Strategi yang cocok untuk pemain local di posisi ini adalah dominate domestic market through local
differentiation.
Global chaser adalah pemain local yang by-default tidak memiliki local advantage tetapi memiliki
kapasitas dalam SDM, manajemen, teknologi untuk bersaing secara head to head dengan perusahaan asing.
Strategi yang cocok untuk pemain local di posisi ini adalah expand to global market.
Nah
segitu dulu pembukaan tentang model yang dikembangkan oleh Mas Yuswohady dalam
bukunya yang berjudul “Beat The Giant”.
Di tulisan selanjutnya, saya akan me-review tentang strategi smart flanker J
Langganan:
Postingan (Atom)