Sabtu, 13 Juli 2013

Naiknya Harga BBM


Sudah lebih dari 2 minggu harga BBM bersubsidi naik. Premium yang semula Rp4500 menjadi Rp6500 dan solar yang semula Rp4500 menjadi Rp5500. Banyak pro dan kontra terkait dengan kenaikan harga BBM ini tetapi harga sudah terlanjur naik dan kita harus menerimanya. Saya secara pribadi termasuk orang yang setuju dengan kenaikan harga BBM. Berikut akan saya paparkan alasan-alasan mengapa saya memihak kenaikan BBM
1.       Ketidak-adilan distribusi subsidi
Ketika saya menonton sidang paripurna DPR tentang kenaikan harga BBM, anyak sekali para wakil rakyat yang meneriakkan “pemerintah tidak peduli dengan rakyat kecil”. Well, hal ini sedikit membingungkan saya. Berdasarkan pandangan saya, tidak dinaikkannya harga BBM-ah yang sebenarnya tidak pro terhadap rakyat. BBM bersubsidi lebih banyak dipakai oleh kalangan rakyat kelas menengah atas. Terdapat berjuta-juta masyarakat kalangan menengah atas yang memiliki kendaraan pribadi, memakai kendaraan pribadi, dan menggunakan BBM bersubsidi. Kalangan bawah yang tidak memiliki kendaraan pribadi tentu tidak akan bisa menikmati subsidi tersebut melainkan masyarakat menengah atas lah yang merasakan nikmatnya subsidi.
2.       Melatih para pengusaha agar lebih tough
Masih ingatkah ingatan teman-tema ketika Pertamina merengek-merengek meminta pemerintah untuk meregulasi ulang investasi yang dilakukan perusahaan minyak asing di Indonesia karena Pertamina mengalami kesulitan dalam investasi di Malaysia? Tindakan tersebut menggambarkan bahwa betapa manjanya masyarakat kita ini. Subsidi BBM mengajarkan kita aga tetap terus menjadi orang manja yang terus berlindung di bawah asuhan pemerintah. Pengusaha harus lebih tough dan kreatif dalam menghadapi perubahan-perubahan dalam bisnis. Well, saya memiliki bisnis yang memiliki hubungan langsung dengan BBM bersubsidi sehingga saya dapat megatakan hal tersebut. Dengan tidak adanya subsidi, pengusaha diharuskan memutar otak agar menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah. Diharapkan dengan perubahan-perubahan bisnis yang terjadi seperti ini, pengusaha-pengusaha Indonesia bias menjadi lebih tough dan kreatif sehingga dapat menghadapi serangan-serangan pengusaha asing.
Tentu saya tidak sepenuhnya setuju dengan kenaikan harga BBM karena kenaikan harga BBM berarti pemerintah harus mengalihkan dana subsidi tersebut ke dalam bentuk lain. Menurut saya, dana subsidi tersebut dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur khususnya angkuta transportasi  masal. Dana subsidi tersbut dapat membantu DAMRI untuk membeli lebih banyak bus sehingga akan lebih banyak bus yang tersedia bagi masyarakat. Dana subsidi juga dapat dialihkan untuk membantu pembuatan monorail. Masyarakat juga tidak akan pusing apabila pemerintah memberikan solusi alternative dengan naiknya harga BBM.
Semua itu hanya pendapat saya, pro dan kontra akan selalu terjadi di setiap pengambilan keputusan. Hanya saja, itu terhantung dari sisi mana kita melihat keputusan tersebut. Saya pribadi lebih memilih untuk melihat dari sisi positif. 

Beat The Giant IV - National Champion


Sekarang saya akan kembali me-review buku mas Yuswohady yang berjudul “Beat The Giant”. Sebelumnya, saya telah me-review subbab mengenai Smart Flanker dan Local Challenger. Sekarang saya akan me-review National Champion.
National Champion adalah merek-merek local yang memiliki kapasitas global best practice dan juga memiliki keunggulan lewat kearifan lokalnya. Pemain National Champion pada umumnya merupakan pemain besar yang memiliki pasar dominan di industrinya. Pemain National Champion adalah perusahaan-perusahaan yang dinilai aan cukup mampu untuk bersaing langsung dengan pemain asing.
Ada dua strategic route yang dapat diambil oleh pemain National Champion, yaitu sebagai berikut:
1.       Dominate Domestic Market Through Local Differentiation
·         Experience Through Heritage
Kekayaan warisan budaya dapat dijadika sebagai diferensiasi bagi perusahaan untuk megkokohkan posisinya di pasar. Contohnya adalah bagaimana Garuda Indonesia dengan Garuda Indonesia Experience-nya dalam menghadapi serbuan low-cost flight carrier. Hal ini menjadi dilemma bagi Garuda apakah akan megubah inti bisnis menjadi low-cost carrier ataukah tetap bertahan. Garuda memilih untuk bertahan tetapi dengan melakukan sejumlah perubahan. Dengan menggunakan warisan budaya Indonesia, Garuda Indonesia Experience didasarkan pada 5 panca-indera (sight, sound, scent, taste, touch) untuk memikat hati customernya. Kabin pesawat mulai diubah mdengan nuansa Indonesia, kursi mulai menggunakan corak batik, partisinya dibuat seperti anyaman bamboo dan lain-lain. Di kabin pesawat para penumpang Garuda pun dapat menikmati berbagai hiburan dengan nuansa Indonesia seperti music tradisional, film, hingga video game.
·         Leverage Early-Entrant Advantages
Pemain National Champion pada umumnya juga bias membangun local differentiation melalui pengalaman yang telah dibangun  selama berpuluhpulh tahun. Contohnya adalah Prodia degan pengalamanya dalam industry laboratorium selama 40 tahun. Cara Prodia dalam menghadapi serangan-serangan perusahaan laboratorium asing adalah dengan cara menutup pintu rapat-rapat. Dengan pengetahuan bahwa industry laboratorium akan berkembang pesat di Indonesia, Prodia memulai pergerakannya dengan membuka banyak cabang di daerah-daerah yang belum memiliki lab. Sehingga ketika lab-lab asing bermunculan di Indonesia, Prodia telah lebih dulu menancapkan kukunya di berbagai daerah. Selain itu, Prodia juga terus melakukan inovasi dan setiap tahunnya dapat menghasilkan 10 jenis tes baru.
·         Deep Local Knowledge
Pemain National Champion juga dapat mendominasi pasar karena memiliki pemahaman mendalam terhadap karakteristik pasar Indonesia. PT Sewu Segar Nusantara (SSN) melakukan hal ini di bidang logistic perishable goods dengan sangat baik. Pemahaman SSN terhadap kondisi pasar local tercermin dari pola yang mereka terapkan kepada para petani dalam menanam buah. SSN menciptakan klasterisasi buah yang disesuaikan dengan iklim dan kondisi tempat petani berada. System klasterisasi berbasis iklim dan lokasi ini dilakukan agar tercapai proses logistic dan supply chain management paling efektif dan efisien dari sisi kecepatan waktu pengiriman, kualitas buah, dan tentu biaya yang serendah mungkin.
·         Communitize Your Customers
Membangun komunitas yang solid degan konsumen juga dapat menjadi cara untuk memenangkan persaingan. Hal ini telah dibuktikan oleh Femina yang berhasil membuat ikatan emosional dengan para pembacanya melalui komunitas. Untuk mewujudkanya, Femina melakukan identifikasi kesamaan minat dan keinginan pembacanya dan Femina bertindak sebagai community facilitator. Agar komunitas dapat berjalan dengan baik, Femina melakukan berapa aktivasi seperti seminar, workshop, festival kewirausahaan dan lain-lain.
·         Mass Collaboration
Upaya mendominasi pasar local juga dapat dilakukan dengan kolaborasi secara masal dengan pihak lain sehingga timbul sumber daya yang meraksasa. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh JNE. Menyadari bahwa perusahaan logistic asing yang memiliki sumber daya besar dapat mengalahkan JNE dengan mudah, maka cara pintar JNE untuk mengambil alih pasar local adalah dengan membentuk kemitraan dengan cara membentuk titik distribusi massif yang dinamakan Cash Counter JNE. Inisiatif JNE tersebut ternyata disambut baik oleh para mitra di seluruh penjuru tanah air sehingga JNE hingga sekarang dapat membuka 200 titik distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia.
2.       Leverage Transferrable Assets
Leverage Transferrable Assets adalah kemampuan dan pengalaman di berbagai hal yang dapat dipindahkan dari pasar domestic ke pasar regional/global. Contohnya adalah kemampuan Semen Indonesia dalam mengoperasikan dam mengelola semen. Hal tersebut ketika dapat dilakukan di Vietnam maka hal tersebut merupakan transferrable assets. Hal sebaliknya terdapat di Pegadaian dimana keunikan pegadaian adalah system gadai yang cocok dengan budaya Indonesia. Akan tetapi ketika system gadai tersebut dipakai di Singapura, maka hal tersebut tidak akan cocok dengan budaya di Singapura karena kondisi ekonomi dan social yang berbeda dengan Indonesia.